Halaman

Kamis, 17 November 2011

Sepatu (2nd Winner of Gebyar Media 2011)


SEPATU
Hayatun Nufus

            “Mak, aku tidak punya sepatu.”
            “Nak, Mak tidak punya beras.”
Muka Mak pucat, Mak jadi mayat hidup karena tidak punya beras. Mak masuk ke kamar, masih pagi, aku tidak makan lagi.
            “Berangkatlah Nak, pagi sudah tinggi.”
            “Aku tidak punya sepatu Mak.”
            “Pakailah yang biasa kau pakai.”
            “Lelaki itu menggunakannya untuk mengusir anjing.”
Muka Mak tambah pucat. Mak masuk ke kamar, sampai tengah hari dia tidak akan keluar, aku makan ubi karet lagi.
            Aku masuk kamar, aku mau cari sepatu di kantung lelaki itu, aku lihat bidadari memeluk anjing..
            “Anjing kau!”
Telunjuk lelaki itu mengarah ke mukaku. Aku anak anjing. Mak mengandung anjing 11 tahun yang lalu.
            “Anjing.. anjing.. belikan aku sepatu!”
Lelaki itu menghampiriku, plakk. lakk Aku ditamparnya dua kali di muka, aku diam ku tantang matanya. Sekali lagi ku katakana,
            “Anjing.. belikan aku sepatu!”
Mak yang bidadari tergopoh-gopoh meghampiriku, telanjang. Bidadari itu pasang badan membekap tubuhku erat. Kami berdua diinjak-injak anjing.
            Sejak Mak bawa lelaki itu kerumah, Mak yang bidadari, Mak yang janda, Mak yang telanjang. Buat apa Mak lelaki itu ada di rumahn kita, Mak telah bunuh monyet demi ruangan si anjing, Mak tidak bunuh aku juga? Mak menangis disisirnya rambut mayangku.
            “Anakku Ning yang cantik, rambut ikal mayang… anakku Ning yang manis, kulit sawo matang.. anakku Ning yang malang…”
*
“Karina Ayu Ningtyas..”
“ya saya..”
“Selamat anda lolos seleksi beasiswa S2 UNIEROPA di Université Paris-Dauphine MSc in Management of Information Systems.”
Setelah entah berapa puluh makalah kukirimkan, aku sampai pada fase ini ada tiga orang penguji di ruang putih itu, si pirang berambut sebahu, cantik. Ada dua lelaki yang berperawakan tambun, berkaca mata tebal, yang berkemeja biru mengaku staff ahli presiden bidang komunikasi bergelar professor lulusan Columbia University, yang satunya berkemeja putih lebih santun, dia tidak menyebutkan gelar, dia hanya bilang saya pernah kuliah di Sam Ratulangi. Makalah setebal 42 halaman saya diujikan, si pirang tidak bisa bahasa Indonesia, aku mati-matian untuk tidak berbahasa Inggris. Aku Indonesia, Aku Indonesia. Tapi ini beasiswa unieropa nona dan aku menyerah untuk tidak berbahasa Indonesia.
*

“Ning, merantaulah!”
“Aku baru 12 tahun Mak.”
“Ikut mamangmu ke kota, jadi apa saja, asal jangan jadi anjing.”
“Mak…”
“Pergilah Ning..”
“Sendirian sajakah Mak menghadapi anjing?”
“Ning...”
“Mak..”

Di kota aku tidak jadi anjing, hanya mirip mungkin. mamangku bukan germo. Lugu dan dungu, kami jadi kuli, kami jadi babu, tapi kami tidak pernah jadi anjing.
Aku sekolah SMP sampai tamat, aku sekolah di SMA terbuka bayarannya murah tapi aku harus kerja, menguras kolam, mencuci piring, menyapu halaman. mamang masih jadi kuli, kurang makan, gaji sedikit harus disisihkan buat anak bini di kampung. Aku tidak kirim uang, aku tidak punya anak bini, tapi aku punya Mak, tapi Mak tidak ingin dikirimi uang meski anjingnya butuh makan, butuh mabuk, butuh liang lain selain punya Mak, tapi Mak tidak suka uangku, Mak sayang setengah mati tulus kepadaku.
SMA terbuka, malam sekolah, siang membabu, sore kerja bakti. Aku tidak punya waktu meremaja, menjadi normal dengan kongko-kongko, gossip-gosip, belanja-belanja, aku manusia yang tidak pandai bersosialisasi, aku cuma tau cara menyenangkan orang yang memberiku makan. Aku membabu tak suka bicara cuma tau kerja, fikiranku sudah penuh dengan Mak dan anjingnya. Keluarga ini cuma ada Kakek cerewet yang berak kencing sembarangan, mukanya tidak simetris, struk membuatnya manjadi sangat menyebalkan. Dan putranya perjaka lapuk yang memiliki kelainan seksual, homo kita menyebutnya. homo nanggung yang tidak bisa main dengan perempuan tapi juga takut main dengan laki-laki. Tiap hari aku mengurusi kakek cerewet, memandikannya, membersihkan tahinya. Lalu si homo, perjaka lapuk dengan disfungsi seksual, mungkin dia psikopat. Aku jarang melihatnya keluar dari kamar. Aku cukup menaruh makanan di depan pintu kamarnya. Dia melarangku membersihkan kamarnya. Mungkin prabot di dalamnya seluruhnya berwarna pink, mungkin ada gambar laki-laki telanjang di dindingnya, mungkin ada replika kelamin laki-laki entahlah. Mengapa aku begitu yakin laki-laki itu homo? Haha tidak ada alasan untuk tidak mengatakan pria tampan tidak punya pasangan diusianya yang hampir 40 selain orang itu pasti homo. Sepertinya kakek tua itu tidak punya anak lagi selain si homo, untung sebagai bekas pegawai bank si kakek punya jaminan hari tua untuk menghidupinya dan si homo, menegenai istri entahlah mungkin sudah mati  atau kabur dengan laki-laki lain.
*
“Mak dimana nanti aku tinggal?”
“Dimana saja mamangmu tinggal!”
“Mak Jakarta itu kejam kata bu guru.”
“bu gurumu itu tidak tau apa-soal Jakarta.”
“apa Mak tau tentang Jakarta?”
“Mak tidak tau tapi Mak yakin Jakarta akan baik padamu, anak manis.”
“Mak jika aku tidak kembali bagaimana?”
“kau akan kembali pasti kembali untuk menjemput Mak.”
“Mak bagaimana kalau aku jadi anjing?”
“…..!”
Dengan mobil pengangkut sayur kutinggalkan Tasik pagi itu, Tasik yang tenang alamnya, tenang dahannya, tenang bunga-bunganya.

*
“Mamang, aku memutuskan melanjutkan kuliah di Makassar.”
“darimana kau punya uang?”
“Dari si homo.”
Ketika aku kecil dan sangat miskin, aku tidak pernah memikirkan kuliah, sekolah sampai jenjang SMA pun tidak, sekolah dasar bagiku bagi Mak adalah sangat cukup, cukup untuk membaca agar aku tidak sembarangan menandatangani surat cerai. Dan di depanku kini samudera nan luas membentang, menunggu ku taklukkan. Ah si homo, orang yang selalu kujadikan olok-olokkan dalam hati yang dalam imajinasiku memiliki prabot berwarna pink dan sebagainya. Memberiku uang, segepok uang seratusan ribuan banyak jumlahnya, katanya pergilah ke Makassar, kuliahlah cari ilmu yang banyak, kenapa ke Makkasar, kau akan tau setelah menyebrang laut bahwa Indonesia itu luas, pergilah berhentilah jadi babu. Kau merdeka. Aku membatin, dan kau tetap terpenjara kan?
            Kematian kakek cerewet meninggalkan uang asuransi yang banyak untuk si homo, mungkin ia akan mengecat seluruh rumah berwarna pink, membeli prabot dan replika kelamin baru. Aku tidak perduli, ahhh tidak, aku perduli dengan laki-laki itu. Kulit terawatnya, alis tebal dan lesung pipinya aku perduli. Demi tuhan aku perduli. Siapa yang akan memberinya makan? 6 tahun…
*
            “Ning, Mak mau menikah lagi, kau akan punya ayah.”
            “Apa dia akan baik padaku Mak?”
            “Ya pasti, dia akan membelikanmu baju baru.”
            “Itu berarti kita akan ke pasar?”
            “Ya setiap pagi kita akan ke pasar, membeli makanan yang enak, baju yang bagus!”
            “Aku mau banyak ayah Mak”
Mak kawin lagi, belakangan aku tau lelaki itu sudah beristri, Mak Cuma jadi yang ketiga, itu artinya tidak ada baju baru setiap hari. Kenyatan mulai tampak. Mak kawin dengan anjing.
*
            Jakarta 7 tahun sudah kutinggalkan, aku kangen si homo. Uang warisannya sudah jadi toga sekarang. Aku ingin menemuinya, mungkin dia sudah sedikit renta sekarang, hampir 50 tapi aku masih kencang.
            Rumah itu kini bercat hijau bukan pink, gerbangnya terbuka, kijang innova terparkir anggun disana. Kuucapkan salam, si homo keluar dan mengekor lelaki kekar. Aku tidak begitu kaget karena hal seperti ini sering kupikirkan. Tapi menyusul dua orang anak kecil kembar dan  wanita cantik. Siapa mereka? Apa kepentingan mereka di rumah si homo?
            Aku masih ingat Mak sering membuatkanku bubur sumsum dengan gula merah saat kusakit, aku ingin bubur sumsum buatan Mak, bubur sumsum yang rasanya sangat enak sebelum Mak mengawini anjing. Aku akan kuliah di Paris.
***
Tangerang 5 November 2011
HAYATUN NUFUS

           

           

Selasa, 01 November 2011

Makalah Sastra Bandingan (Romeo & Juliet vs Siti Nurbaya)

Pengantar
Sastra bandingan adalah pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori tersendiri. Boleh dikatakan teori apa pun bisa dimanfaatkan dalam penelitian sastra bandingan, sesuai dengan obyek dan tujuan penelitiannya[1]. Sastra bandingan salah satunya adalah membandingkan sebuah karya  asli, pinjaman, tradisi.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, ini memungkinkan suatu karya dapat tersebar dengan cepat dalam waktu yang singkat ke seluruh belahan dunia kemudian memberi inspirasi bagi sastrawan lain untuk menginovasikan atau memodifikasikan ke dalam beragam bentuk karya sastra baru atau genre baru. Kecenderungan seperti ini  tentu saja bukan hanya menjadi milik zaman kini tetapi telah terjadi sejak manusia mengadakan kontak satu sama lain, secara lisan maupun tertulis. Karya Shakespeare dibaca di jepang dan diciptakan kembali oleh seniman Jepang, dan kalau diperiksa dengan teliti ternyata drama Shakespeare itu diambil dari khazanah sastra lain, dan sumber itupun ternyata pinjaman dari sastra lain pula[2]
Berbagai  gerakan, mashab, dan kecenderungan dengan mudah menular dan menumbuhkan kegiatan baru di negeri-negeri yang terkena tular [3]. Novel jenis romance, misalnya, berkembang di prancis dan berkembang biak di negeri-negeri eropa lain; romance itu sendiri ternyata merupakan pinjaman dari naratif lain[4]. Demikianlah maka berbagai mashab seperti romantisme, absurdisme, dan eksistensialisme menular kemana-mana.
Penularan itu menjadi alasan utama untuk mengembangkan sastra bandingan. Dalam hal ini, istilah ‘pengaruh’ harus diartikan secara luas, bukan sekedar proses peniruan yang menimbulkan karya sastra baru berdasarkan karya sastra yang sudah ada.
Sastrawan mempunyai kecenderungan untuk meminjam, langsung atau tak langsung. Drama-drama Shakespeare yang dianggap sebagai tonggak sastra dunia itu menurut beberapa pakar dianggap tidak ada yang asli, alias semuanya pinjaman atau bahkan curian. Sumber curian itu bermacam-macam, mulai dari karya sastra sampai teks kronik dan sejarah[5]
Kisah yang sangat popular di kalangan rakyat adalah cinta yang tak kesampaian, yang di kebudayaan barat dikenal luas sebagai kisah Romeo dan Julia. Alur itu juga kedapatan dalam kebudyaan apa pun dan sampai sekarang masih menjadi sumber kretifitas yang takkan habis bagi para sastrawan.
Di Indonesia kita mengenal novel roman Siti Nurbaya yang bersetting di daerah Minangkabau, roman karya Marah Rusli ini dapat kita bandingkan dengan dengan drama karya Shakespeare Romeo dan Julia, berikut sinopsis roman dari Siti Nurbaya dan Drama Romeo dan Julia

Identitas Buku

Judul                  : Siti Nurbaya ( Kasih Tak Sampai )
Pengarang         : Marah Rusli
Penerbit             : Balai Pustaka
Cetakan             : 20
Tahun Terbit      : 1990
Seri BP               : 575
Tempat Terbit   : Jakarta
Tebal Buku       : 271 halaman
Pelaku              : Siti Nurbaya, Samsulbahri, Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman,  dan Sultan Mahmud

Sinopsis
      Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang.
Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Maka dengan seluruh orang suruhanya, yaitu pendekar lima, pendekar empat serta pendekar tiga, serta yang lainnya Datuk Maringgih memerintahkan untuk membakar toko Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikan oleh Datuk Maringgih.
Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih. Menghadapi kenyataan seperti itu Baginda Sulaiman yang memang sudah tak sanggup lagi membayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain yang ditawarkan oleh Datuk Maringgih. Yaitu menyarahkan puterinya Siti Nurbaya kepada Datuk Maringgih untuk dijadikan istri.
Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya dengan Datuk Maringgih.
Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya. Dia sangat terpukul oleh kenyataan itu. Cintanya yang menggebu-gebu padanya kandas sudah. Dan begitupun dengan Siti Nurbaya sendiri, hatinya pun begitu hancur pula, kasihnya yang begitu dalam pada Samsulbahri kandas sudah akibat petaka yang menimpa keluarganya.
Pada suatu hari ketika Samsulbahri sedang liburan kembali ke Padang, ia dapat bertemu empat mata dengan Siti Nurbaya yang telah resmi menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga terjadi keributan. Datuk Maringgih sangat marah melihat mereka berdua yang sedang duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih berusaha menganiaya Siti Nurbaya. Samsulbahri tidak mau membiarkan kekasihnya dianiaya, maka Datuk Maringgih dia pukul hingga terjerembab jatuh ketanah. Karena saking kaget dan takut, Siti Nurbaya berteriak-teriak keras hingga teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya yang tengah terbaring karena sakit keras karena derita beruntun yang menimpanya. Mendengar teriakan anak yang sangat dicinatianya itu baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi akhirnya jatuhtersungkurdanmenghembuskannafasterakhir.
Mendengar itu, ayah Samsulbahri yaitu Sultan Mahmud yang kebetulan menjadi penghulu kota Padang, malu atas perbuatan anaknya. Sehingga Samsulbahri diusir dan harus kembali ke Jakarta dan ia benrjanji untuk tidak kembali lagi kepada keluargannya di Padang. Datuk Maringgih juga tidak tinggal diam, oleh karena itu Siti Nurbaya diusirnya, karena dianggap telah mencoreng nama baik keluarganya dan adat istiadat. Siti Nurbaya kembali ke kampunyanya dan tinggal bersama bibinya. Sementara itu Samsulbahri yang ada di Jakarta hatinya hancur dan penuh dendam kepada Datuk Maringgih yang telah merebut kekasihnya.
Siti Nurbaya yang mendengar bahwa kekasihnya diusir orang tuanya, timbul niatnya untuk pergi menyusul Samsulbahri ke Jakarta. naumun di tengah perjalanan dia hampir meninggal dunia, ia terjatuh kelaut karena ada seseorang yang mendorongnya. Tetapi Siti Nurbaya diselamatkan oleh seseorang yang telah memegang bajunya hingga dia tidak jadi jatuh ke laut. Tetapi, walaupun dia selamat dari marabahaya tersebut, tetapi marabahaya berikutnya menunggunya di daratan. Setibanya di Jakarta,Karena dengan siasat dan fitnah dari Datuk Mariggih Siti Nurbaya ditangkap polisi, karena surat telegram Datuk Maringgih yang memfitnah Siti Nurbaya, bahwa dia ke Jakarta telah membawa lari emasnya atau hartanya.Sehingga memaksa Siti Nurbaya kembali dengan perantaraan polisi. Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih.
Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsulbahri sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri. Akan tetapi mujurlah karena ia tak meninggal.
Sejak saat itu Samsulbahri tidak meneruskan sekolahnya tertapi mengikuti wajib militer.
Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.
Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Sewaktu di rumah sakit, sebelum dia meninggal dunia, dia minta agar dipertemukan dengan ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Ayah Samsulbahri juga sangat menyesal telah mengata-ngatai dia tempo dulu, yaitu ketika kejadian Samsulbahri memukul Datuk Maringgih dan mengacau keluarga orang, yang sangat melanggar adat istiadat dan memalukan itu. Setelah berhasil betemu dengan ayahnya, Samsulbahripun meninggal dunia. Namun, sebelum meninggal dia minta kepada orangtuanya agar nanti di kuburkan di Gunung Padang dekat kekasihnya Siti Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.
Unsur instrisik
Tokoh:
1.      Siti Nurbaya
2.      Samsulbahri
3.      Datuk Maringgih
4.      Baginda Sulaiman
5.      Sultan Mahmud
Alur: Maju
Tema: Kasih tak sampai

Biografi Pengarang
Marah Rusli
Marah Rusli sang sastrawa itu bernama lengkap Marah Rusli bin Abu Bakar dilahirkan di Padang, Sumatra Barat pada tanggal 7 Agustus 1889. Marah Rusli masih termasuk keluarga bangsawan Pagaruyung. Ayahnya bernama Sultan Abu Bakar, adalah seorang bangsawan dengan gelar Sultan Pangeran. Ayahnya bekerja sebagai demang. Ibunya berasal dari Jawa dan keturunan Sentot Alibasyah, salah seorang panglima perang Pangeran Diponegoro.
Marah Rusli mengawini gadis Sunda kelahiran Bogor pada tahun 1911. Mereka dikaruniai tiga orang anak, dua orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Keterkenalannya Marah Rusli karena karyanya yaitu Siti Nurbaya (roman) yang diterbitkan pada tahun 1920 sangat banyak dibicarakan orang, bahkan sampai kini. Siti Nurbaya telah melegenda,wanita yang dipaksa kawin oleh orang tuanya, dengan lelaki yang tidak diinginkannya.

Pendidikan
Tahun 1904 tamat Sekolah Rakyat di Padang. Tahun 1909 tamat Sekolah Raja (Hoofdenscool) di Bukittinggi. Tahun 1915 tamat Sekolah Dokter Hewan (Vee Arstsen School ) di Bogor.

Pengalaman Kerja
Meski lebih terkenal sebagai sastrawan, Marah Rusli sebenarnya adalah dokter hewan. Tahun 1915 ia di tempatkan di Sumbawa Besar sebagai Ajung Dokter Hewan. Pada tahun 1916 ia menjadi Kepala Peternakan. Pada Tahun 1920-1922, Marah Rusli diangkat sebagai asisten dosen Dokter Hewan Wittkamp di Bogor. Karena berselisih dengan atasannya, orang Belanda, ia diskors selama setahun. Selama menjalani skorsing itulah ia menulis novel “Siti Nurbaya”. Tahun 1923-1945 menjadi dokter hewan di Semarang. Tahun 1945 menjadi dokter hewan di pengungsian di Sala dan Klaten. Pada tahun 1948 Ia mengajar di Sekolah Tinggi Dokter Hewan di Klaten Kemudian kembali kesemarang dan pensiun tahun 1951. Tahun 1952-1960 dipekerjakan kembali sebagai dokter hewan di Pusat Pendidikan Peternakan Bogor.
Marah Rusli meninggal dunia pada tanggal 17 Januari 1968 dan dimakamkan di Bogor.

Buku-buku karya Marah Rusli :
  • Siti Nurbaya. Jakarta : Balai Pustaka 1920. Berhasil menempatkan diri sebagai puncak roman dalam Sastra Indonesia Modern. Dan juga berhasil merebut hadiah tahunan dalam bidang sastra, yang diberikan oleh pemerintah RI pada tahun 1969 dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Rusia.
  • La Hami. Jakarta : Balai Pustaka. 1924.
  • Anak dan Kemenakan. Jakarta : Balai Pustaka. 1956.
  • Memang Jodoh (naskah roman dan otobiografis)
  • Tesna Zahera (naskah Roman)
  • Novel Terjemahannya: Gadis yang Malang (novel Charles Dickens, 1922).

Kiprahnya Dalam Sejarah Sastra Indonesia
             Selain mengarang, Marah Rusli juga menpunyai hobi olahraga, musik, melukis dan sandiwara. Kesukaan Marah Rusli terhadap kesusastraan sudah tumbuh sejak ia masih kecil. Ia sangat senang mendengarkan cerita-cerita dari tukang kaba, tukang dongeng di Sumatera Barat yang berkeliling kampung menjual ceritanya, dan membaca buku-buku sastra.
Marah Rusli berpendidikan tinggi dan buku-buku bacaannya banyak yang berasal dari Barat yang menggambarkan kemajuan zaman. Ia kemudian melihat bahwa adat yang melingkupinya tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Hal itu menumbuhkan pemberontakan dalam ahtinya yang dituangkan dalam Siti Nurbaya.
Marah Rusli tercatat sebagai pengarang roman yang pertama dan diberi gelar oleh H.B. Jassin sebagai Bapak Roman Modern Indonesia. Sebelum muncul bentuk roman di Indonesia, bentuk prosa yang biasanya digunakan adalah hikayat.

Romeo dan Julia
Romeo dan Julia adalah tragedi karya William Shakespeare yang ditulis pada awal kariernya. Tragedi ini mengisahkan sepasang mempelai muda yang saling jatuh cinta, namun terhalang karena kedua keluarga mereka saling bermusuhan Romeo dan Julia merupakan salah satu karya Shakespeare yang paling terkenal, dan juga merupakan salah satu karyanya yang paling sering dipentaskan selain Hamlet dan Macbeth.
Romeo dan Julia awalnya merupakan roman tragik pada zaman kuno. Cerita Romeo dan Julia dibuat berdasarkan cerita di Italia, yang diubah menjadi sajak dalam The Tragical History of Romeus and Julia oleh Arthur Brooke tahun 1562, dan diceritakan kembali dalam bentuk prosa pada Palace of Pleasure karya William Painter tahun 1582. Shakespeare meminjam ide dari keduanya, tetapi lebih mengembangkan karakter pendukung, terutama Mercutio dan Paris, untuk memperluas jalan cerita. Ditulis antara tahun 1591 hingga 1595, Romeo dan Julia pertama kali dipentaskan tahun 1597.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/2d/Francesco_Hayez_053.jpg/220px-Francesco_Hayez_053.jpg
 

Sinopsis
Romeo dan Julia
William Shakespeare


http://bits.wikimedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png
Cerita, yang bersetting di Verona, dimulai dengan terjadinya pertempuran di jalan antara keluarga Montague dan Capulet. Pangeran Verona melerai dan menyatakan jika terjadi kekerasan, akan dilaksanakan hukuman mati. Selanjutnya, Count Paris berbicara dengan Lord Capulet mengenai rencana menikahi putrinya, tetapi Capulet waspada karena usia Julia masih 13 tahun. Capulet meminta Paris untuk menunggu dua atau tiga tahun lagi dan mengundangnya hadir pada pesta dansa Capulet. Lady Capulet dan The Nurse mencoba memaksa Julia untuk menerima lamaran Paris.
Sementara, pada keluarga Montague, Benvolio berbicara dengan sepupunya Romeo, putra Lord Montague, mengenai kemurungan Romeo. Benvolio lalu mengetahui bahwa penyebabnya adalah karena Romeo tergila-gila dengan Rosaline, salah satu keponakan Lord Capulet. Dipaksa oleh Benvolio dan Mercutio, Romeo hadir pada pesta dansa Capulet dengan harapan bertemu Rosaline. Namun, Romeo justru jatuh cinta kepada Julia setelah menemuinya. Pada bagian yang sering disebut "balcony scene", Romeo mengendap-endap ke halaman Capulet dan tidak sengaja mendengar ucapan Julia di balkonnya yang menyatakan cintanya kepada Romeo meskipun keluarganya benci dengan Montague. Romeo lalu muncul di depan Julia, dan mereka setuju untuk menikah. Atas bantuan Friar Laurence, yang ingin kedua keluarga melakukan rekonsiliasi melalui bersatunya anak-anak mereka, Romeo dan Julia menikah secara rahasia pada hari selanjutnya.
Sepupu Julia, Tybalt, yang tahu bahwa Romeo telah menyusup ke pesta dansa Capulet, menantangnya. Romeo, yang menganggap Tybalt sebagai saudaranya, menolak bertempur. Mercutio yang tersinggung dengan ketidaksopanan Tybalt lalu bertarung dengan Tybalt atas nama Romeo. Mercutio terluka parah ketika Romeo mencoba menghentikan pertempuran. Karena merasa bersalah, Romeo lalu membunuh Tybalt.
Montague setuju bahwa tindakan Romeo mengeksekusi Tybalt adalah tindakan yang adik. Pangeran Verona lalu membuang Romeo dari Verona. Romeo lalu diam-diam menghabiskan malam di kamar Julia, dimana mereka menyelesaikan pernikahannya. Lord Capulet, yang menyalah artikan kesedihan Julia, setuju untuk menikahinya dengan Paris dan mengancam untuk tidak mengakuinya sebagai anak jika Julia menolak menikahi Paris. Julia meminta pernikahan ditunda, namun ibunya menolak.
Julia lalu mengunjungi Friar Laurence untuk meminta bantuan, dan ia menawarkannya obat yang akan membuatnya koma.[4] Friar berjanji untuk mengirim pesan mengenai rencana tersebut kepada Romeo, sehingga ia dapat bertemu dengan Julia ketika ia sudah terbangun. Pada malam sebelum pernikahan, Julia meminum obat, dan lalu dibaringkan di pemakaman keluarga setelah keluarganya menemukan Julia "tewas".
Namun, sang pembawa pesan tidak berhasil mencapai Romeo, dan ia mendapat informasi dari pelayannya Balthasar bahwa Julia meninggal. Patah hati, Romeo membeli racun dari The Apothecary, lalu pergi ke tempat Julia. Ia bertemu dengan Paris yang sedang melayat Julia. Mengira Romeo sebagai vandal, Paris menyerangnya, lalu Romeo berhasil membunuh Paris. Masih mengira bahwa Julia telah meninggal, ia meminum racun. Julia lalu terbangun dan melihat Romeo tewas, sehingga ia bunuh diri dengan pisau. Kedua keluarga dan Pangeran melihat Paris, Romeo dan Julia tewas. Friar Laurence lalu menceritakan kembali kisah Romeo dan Julia. Keluarga Capulet dan Montague lalu setuju mengakhiri permusuhan diantara mereka.
Unsur Interistik Drama Romeo dan Julia
Tokoh:
1.      Romeo
2.      Julia
3.      Paris
4.      Montague
5.      Benvolio
6.      Lord Capulet
7.      Friar Laurence
8.      Tybalt
9.      Mercutio
Tema: Kasih Tak sampai
Hw-shakespeare.pngAlur: Maju

Biografi Pengarang

William Shakespeare


William Shakespeare (lahir di Stratford-upon-Avon, Warwickshire, Inggris, 26 April 1564 – meninggal di Stratford-upon-Avon, Warwickshire, Inggris, 23 April 1616 pada umur 51 tahun) adalah seorang penulis Inggris yang seringkali disebut orang sebagai salah satu sastrawan terbesar Inggris. Ia menulis sekitar 38 sandiwara tragedi, komedi, sejarah, dan 154 sonata, 2 puisi naratif, dan puisi-puisi yang lain. Ia menulis antara tahun 1585 dan 1613 dan karyanya telah diterjemahkan di hampir semua bahasa hidup di dunia dan dipentaskan di panggung lebih daripada semua penulis sandiwara yang lain.

Kehidupan

Shakespeare lahir di Stratford-upon-Avon, Inggris, pada bulan April 1564, sebagai putra John Shakespeare dan Mary Arden. Ayah William cukup kaya ketika ia lahir dan memiliki bisnis pembuatan sarung tangan namun kemudian ia menjadi agak miskin setelah menjual wol secara ilegal. Shakespeare tidak mengikuti jejak ayahnya.
Pada zaman itu, sekolah umum baru dimulai di Inggris. Sebelumnya, hampir semua anak tidak tahu cara membaca dan menulis, mereka hanya belajar suatu ketrampilan atau bertani. Shakespeare pergi ke salah satu sekolah umum yang baru ini. Ia belajar Latin, yang merupakan bahasa semua kaum terpelajar, tidak peduli dari negara mana mereka berasal. Dari London ke Lisbon, dari Aleksandria ke Konstantinopel, dari Tunis ke Yerusalem, semua orang terpelajar berbicara Latin dan bahasa ibu mereka.
Semua dokumen penting, baik dokumen negara, gereja, atau perdagangan, ditulis menggunakan Latin.Shakespeare juga mempelajari karya-karya para penulis dan filosofer dari Yunani Kuno dan Romawi. Lebih dari 100 tahun berlalu sejak Johannes Gutenberg memperkenalkan percetakan ke Eropa pada tahun 1452. Shakespeare dan orang Inggris lain yang dapat membaca ─ dan mampu membeli ─ buku-buku menjadi akrab dengan kisah-kisah dari berbagai tempat seperti Italia, Perancis, Asia Minor, dan Afrika Utara. Beberapa kisah-kisah ini menjadi dasar cerita-cerita terbesar Shakespeare. Contohnya, The Golden Ass karya Apuleius, sebuah kisah kuno dari Afrika Utara, kemungkinan merupakan kisah yang menginspirasikan Impian di Tengah Musim.
Shakespeare meminjam cerita untuk Romeo dan Juliet dari seorang penulis Inggris lain, yang mendapatkannya dari seorang penulis Perancis, yang menterjemahkannya dari kisah abad ke-16 oleh Luigi da Porta dari Italia yang bersumpah bahwa cerita tersebut adalah berdasarkan cerita nyata.



Perbandingan
          Drama Romeo dan Julia ditulis oleh Shakespeare 1591 hingga 1595 yang merupakan karya yang terinspirasi dari cerita di Italia, yang diubah menjadi sajak dalam The Tragical History of Romeus and Julia oleh Arthur Brooke tahun 1562, dan diceritakan kembali dalam bentuk prosa pada Palace of Pleasure karya William Painter tahun 1582. Shakespeare meminjam ide dari keduanya, tetapi lebih mengembangkan karakter pendukung, terutama Mercutio dan Paris, untuk memperluas jalan cerita. Teori yang mengatakan bahwa sebuah benda budaya tidak sepenuhnya asli, melalui berbagai pengaruh dan merupakan hasil pinjaman dari bentuk lain adalah benar adanya. Karya legenda yang menjadi tonggak sejarah sastra dunia pada kenyataannya merupakan hasil pinjaman dari karya lain yang terlebih dahulu ada dan menginspirasi Shakespeare untuk menciptakan maha karya Romeo dan Julia. Proses ini jugalah yang terjadi terhadap penciptaan maha karya sastra Indonesia roman Siti Nurbaya.
            Dalam khasanah kebudayaan Jawa kita mengenal kisah Roro mendut dan Pronocitro yang kemudian oleh Mangunwijaya dibuatkan roman yang mengikuti zamannya, Mangunwijaya meminjam cerita rakyat ini dalam karya dengan mengambil nama tokoh sekaligus dijadikan judul oleh Mangunwijaya untuk mendapatkan makna baru sesuai zamannya.
            Lain halnya dengan karya Mangunwijaya yang mengacu langsung kepada sumbernya, roman Siti Nurbaya karya Marah Rusli seolah merupakan ciptaan asli Marah Rusli dengan judul Siti Nurbayanya meski dengan tema sama dengan drama Romeo dan Julia.
            Disini Marah Rusli mencoba menghadirkan nuansa baru dengan latar budaya minang yang kental, bahwa adat ketimuran sangat dijunjung tinggi. Seorang anak gadis menuruti kemauan orangtuanya untuk menikah dengan laki-laki yang tidak disukainya, kisah ini juga terjadi dalam roman Siti Nurbaya dimana Siti Nurbaya terpaksa kawin dengan Datuk Maringgih demi melunasi hutang baginda Sulaiman ayahnya sama halnya dengan drama Romeo dan Julia dimana Julia dipaksa kawin dengan Paris lelaki pilihan Ayahnya. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat persamaan dan perbedaan dari drama Romeo dan Julia karangan Shakespeare dan roman Siti Nurbaya karya Marah Rusli.
Persamaan
1.      Tema yang dingkat sama-sama tentang cinta yang tidak kesampaian dimana pada akhirnya kedua pasangan ini meninggal dunia, baik dalam drama Romeo dan Julia maupun roman Siti Nurbaya.
2.      Selain itu juga adanya kawin paksa dimana Julia dipaksa menikah dengan Paris sedangkan Siti Nurbaya dipaksa menikah dengan Datuk Mringgih.
Perbedaan
1.      Jika dalam drama Romeo dan Julia keluarga mereka saling bermusuhan yang menjadi pangkal terhalangnya cinta mereka lain halnya dengan latar terhalangnya kisah cinta antara Samsulbahri dan Siti Nurbaya adalah Datuk Maringgih, seorang rentenir yang menginginkan Siti Nurbaya.
2.      Latar belakang sosial politik, dimana drama Romeo dan Julia tercipta antara tahun 1951-1959 yang merupakan zaman Renaissans dimana pada masa itu drama bukan merupakan tontonan istimewa seperti sekarang bahkan menonton drama seperti menonton sepak bola dan kurang memberikan pengaruh di bidang politik, lain  halnya dengan roman Siti Nurbaya yang ditulis Marah Rusli pada tahun 1924 berada dibawah tekanan dan berbau ideologi pemerintah belanda yang menjadi penjajah kala itu, Belanda mengajukan syarat ketat untuk sebuah karya dapat diterbitkan Balai Pustaka.

Sekilas Pandang Sastra Pada Masa Munculnya Roman Siti Nurbaya
Pada zaman Balai Pustaka (1920—1933), misalnya, kita melihat, karya-karya sastra yang muncul pada saat itu masih menunjukkan keterikatakannya pada problem kultural ketika bangsa Indonesia berhadapan dengan kebudayaan Barat. Tarik-menarik antara tradisi dan pengaruh Barat dimanifestasikan dalam bentuk tokoh-tokoh rekaan yang mewakili golongan tua  (tradisional) dan golongan muda (modern). Tarik-menarik itu juga tampak dari tema-tema yang diangkat dalam karya sastra pada masa itu. Problem adat yang berkaitan dengan masalah perkawinan dan kedudukan perempuan hampir mendominasi novel Indonesia pada zaman itu.
Sementara itu, di pihak yang lain, secara ideologis, karya sastra, terutama novel-novel yang diterbitkan Balai Pustaka memperlihatkan betapa novel-novel yang diterbitkan lembaga itu sejalan dengan ideologi pemerintah kolonial Belanda. Balai Pustaka sebagai lembaga penerbitan yang dikelola pemerintah kolonial Belanda, tentu saja mempunyai kepentingan ideologis. Oleh karena itu sangat wajar jika novel-novel yang diterbitkan Balai Pustaka mengusung kepentingan ideologi kolonial.
Syarat yang diberikan oleh BalaiPustaka:
  • Tidak boleh anti pemerintah
  • Tidak bertemakan agama
  • Tidak berbau politik
  • Tidak menyinggung suku

Sekilas Pandang Sastra Pada Masa Lahirnya Drama Romeo dan Julia
Ratu Elizabeth I memerintah Inggris hampir selama hidup Shakespeare. Pada zaman tersebut tidak ada peperangan. Diplomasi sang ratu membuat kedua seterunya Perancis dan Spanyol terjaga seimbang. Perdagangan berkembang. London menjadi kota yang padat, ramai, dan penuh dengan peluang. Rumah-rumah sandiwara dibangun di London; teater-teater tersebut adalah tempat yang populer dikunjungi masyarakat.
Sistem kelas pada zaman Shakespeare dapat saja sudah memiliki susunan-susunan, namun hal tersebut tidak statis. Orang-orang mulai berpikir tentang mereka sendiri. Shakespeare hidup di zaman Renaissans yang berarti "kelahiran kembali" yang terjadi pada abad ke-15 hingga abad ke-17 di Eropa.
Renaissans Eropa menghidupkan kembali pembelajaran klasik. Pada zaman tersebut terdapat gerakan kebangkitan minat terhadap seni, musik, dan arsitektur. Suatu dunia yang tua dan stagnan tiba-tiba berubah menjadi hidup dan vibran. Meskipun hampir semua orang percaya bahwa susunan matahari, bulan, bintang, dan planet mempengaruhi nasib mereka, beberapa orang mulai merubah cara berpikir mereka tentang diri mereka dan dunia yang mereka tinggali
Shakespeare menjadi orang teater yang sangat terkenal, sangat populer, dan sangat kaya. Ratu Elizabeth I sangat menyukai karya-karyanya; begitu pula dengan Raja James I, penerusnya. Pada pemerintahan James I, Shakespeare dan kawan-kawan terkenal dengan sebutan "Orang-orang Raja" karena Raja James I adalah pengunjung mereka yang spesial. Shakespeare dan Orang-orang Raja bermain di istana kerajaan, di teater Globe dan di rumah sandiwara mereka, dan teater Blackfriars. Untuk mendapatkan lebih banyak uang, mereka juga mengadakan tur keliling Inggris, terutama pada saat-saat wabah penyakit menjangkit Inggris
Orang-orang zaman Elizabeth tidak memandang pemain atau penulis sandiwara adalah pekerjaan yang terhormat. Pergi ke teater pada zaman tersebut tidak sama seperti pergi ke teater pada saat ini, hal itu lebih seperti pergi menonton pertandingan sepak bola!
Teater-teater zaman Elizabeth merupakan bangunan kayu yang bertingkat-tingkat. Para penonton duduk di ketiga sisi atau berdiri di tengah-tengah lantai. Bagian tengah teater terbuka atapnya karena pada zaman itu belum ada penerangan buatan. Ribuan orang berjejalan di teater untuk pertunjukan sore hari. Para penonton berteriak-teriak di belakang para aktor. Teater Globe adalah tempat yang padat pengunjung, bising, dan berjejal-jejalan.

Sumber:
Damano, Sapardi Djoko, 2009, Sastra Bandingan, Jakarta; Editum
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas



[1] Sapardi Djoko Damono, Sastra Bandingan, (Jakarta: Editum, 2009), h. 1
[2] Ibid, h. 19--20
[3] Ibid, h. 20
[4] Ibid, h. 20
[5] Ibid, h. 21